<p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Pemerintah China telah membuat kebijakan kontroversi yang mengundang amarah pegiat lingkungan. Negeri Tirai Bambu ini <span style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; color: rgb(0, 128, 0);"><a href="https://www.nationalgeographic.com/animals/2018/10/wildlife-watch-news-china-rhino-tiger-legal/" style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; color: rgb(0, 128, 0); text-decoration-line: none; background-color: transparent; touch-action: manipulation;">akhir Oktober 2018</a></span>melegalkan cula badak dan tulang harimau sebagai bahan baku obat tradisional meski dalam perkembangannya kebijakan itu ditunda, mulai <span style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; color: rgb(0, 128, 0);"><a href="http://www.china.org.cn/china/Off_the_Wire/2018-11/12/content_71941870.htm?from=groupmessage" style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; color: rgb(0, 128, 0); text-decoration-line: none; background-color: transparent; touch-action: manipulation;">12 November 2018</a></span>hingga waktu yang belum ditentukan. Indonesia, negara pemilik dua jenis badak dan harimau sumatera, tentu saja harus mewaspadai dampak aturan “menyesatkan” tersebut.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Kepala Subdit Pengawetan Jenis Direktorat KSDAE KLHK Puja Utama mengatakan, badak merupakan satwa dilindungi. Memperjualbelikan satwa dan organ tubuhnya merupakan tindak pidana. Terkait dengan kebijakan Pemerintah China yang hendak melegalkan perdagangan cula badak, dia dengan tegas menolak hal tersebut.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> “Kebijakan China ini akan membuat semakin rentannya populasi badak di Indonesia. Kita harus lebih waspada. Tetapi, biasanya hal itu diputuskan di COP CITES dan kita akan memberikan pertimbangan. Indonesia melindungi badak sumatera dan badak jawa. Di Afrika dulu boleh. Tapi di Indonesia tidak, karena jelas dilindungi, juga memperjualbelikan bagian tubuhnya dilarang” jelasnya di Jakarta, Jum’at (16/11/2018).</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Puja mengatakan, jika kebijakan Pemerintah China tetap diberlakukan, akan mengancam populasi badak Indonesia. Walaupun nanti, misalnya cula badak diambil dari Afrika, tapi ada kemungkinan akan dicampur dengan cula badak hasil perburuan gelap di Indonesia.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> “Prinsipnya, kita tidak mendukung kebijakan tersebut karena akan menambah tekanan populasi badak. Di alam, kita punya tim perlindungan dan pemantau di Sumatera dan Jawa yang baik, bekerja 20 hari sebulan. Bergantian. Di Sumatera juga tim mengumpulkan jerat,” lanjutnya.<span style="font-size: 1.06em;">Di China, cula badak yang akan digunakan untuk pengobatan tradisional, menurut Puja, harus dipertanyakan dari mana sumbernya. Sebab, di China tak ditemukan badak.</span></p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> “Badak dari mana, China tak punya. China yang menjadi anggota CITES harusnya tunduk pada aturan dan tak bisa sembarang memutuskan. China memang jadi bahasan karena menggunakan organ satwa liar sebagai bahan pengobatan. Itu juga menjadi bahasan di CITES yang terdiri 197 negara anggota,” <span style="font-size: 1.06em;">Direktur Forum Konservasi Leuser (FKL) Rudi Putra, dihubungi terpisah menyatakan, hingga saat ini perburuan satwa langka termasuk badak dan harimau sumatera masih terjadi di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).</span></p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> “Salah satu cara yang harus dilakukan untuk menekan perburuan satwa langka di KEL adalah dengan meningkatkan patroli pengamanan. Saat ini ada 26 tim Ranger yang dimiliki FKL,” terangnya.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Rudi menambahkan, jika kebijakan China itu benar-benar diberlakukan, pengamanan satwa di hutan Leuser harus lebih ditingkatkan, melebihi yang selama ini dilakukan. “Setiap saat harus ada tim patroli,” ujarnya.<a href="http://www.mongabay.co.id/2016/03/22/ada-cula-badak-di-bandara-supadio-jejak-badak-sumatera-terkuak/" style="font-size: 1.06em; background-color: transparent; box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; color: rgb(0, 123, 255); text-decoration-line: none; touch-action: manipulation;"><span style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; color: rgb(0, 128, 0);">Cula badak</span></a><span style="font-size: 1.06em;"> merupakan keratin yang menggumpal, pengembangan jaringan epidermis seperti kuku atau rambut pada manusia. Keratin merupakan manfaat protein yang diproduksi oleh folikel keratin. Cula tidak memberikan nilai positif untuk manusia, kecuali berguna pada badak itu sendiri sebagai pertahanan diri.</span></p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Penelitian yang dipublikasikan di <em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Journal of Ethnupharmaculogy, </em>33 (1991) 45-50, <em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Elsevier Scientific Publishers Ireland Ltd, </em>menunjukkan sesungguhnya tanduk kerbau dapat digunakan sebagai pengganti cula badak untuk mengobati hipertermia. Terutama, bila disiapkan dengan herbal atau bahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip resep senyawa pengobatan China. Meski, ada kemungkinan dosis lebih tinggi dari tanduk kerbau diperlukan dalam pengobatan itu. Kajian ilmiah tersebut berjudul <span style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; color: rgb(0, 128, 0);"><em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;"><a href="http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1178937442.pdf" style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; color: rgb(0, 128, 0); text-decoration-line: none; background-color: transparent; touch-action: manipulation;">Ethnopharmacology of rhinoceros horn. II: antipyretic effects of prescriptions containing rhinoceros horn or water buffalo horn.</a></em></span></p>
Bahaya Luar Biasa, Andai Cula Badak dan Tulang Harimau Dilegalkan di China
18 Nov 2018