<p style="box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans"; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-top: 0px; margin-bottom: 26px; overflow-wrap: break-word; font-weight: 600;">  Masjid Muhammad Cheng Ho di Goa China, Sitiarjo, Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, kemarin (23/9), kedatangan tamu istimewa. Dia adalah Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia Bambang Hendroyono.</p> <p style="box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans"; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-top: 0px; margin-bottom: 26px; overflow-wrap: break-word; font-weight: 600;"> Berbagai canda tawa dan <em style="box-sizing: border-box;">sharing</em> tentang lingkungan pun dilontarkan oleh warga di tempat tersebut. Selain itu, Bambang juga turut menyumbangkan sebagian rezekinya untuk kemakmuran masjid tersebut.Salah satu <em style="box-sizing: border-box;">sharing</em> yang disampaikan oleh warga adalah soal hutan yang kurang terawat dengan baik. Terkait hal tersebut, dia berharap warga yang berada di kawasan hutan untuk meningkatkan kapasitas secara fisik dan dukungan sarana prasarana. ”Kalau kapasitasya sudah baik, dijamin hasilnya juga baik,” ujarnya.</p> <p style="box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans"; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-top: 0px; margin-bottom: 26px; overflow-wrap: break-word; font-weight: 600;"> Dia lantas mencontohkan saat kunjungan dirinya ke Sumatera Utara (Sumut). Pada  saat itu sedang mengalami kesusahan berupa hasil hutan yang tidak bisa diandalkan. Kemudian, dia lantas menyampaikan bahwa pohon di hutan Sumut sedang ”menangis” karena masyarakatnya konflik.</p> <p style="box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans"; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-top: 0px; margin-bottom: 26px; overflow-wrap: break-word; font-weight: 600;"> Sejak saat itulah, masyarakat di Sumut mau bersatu dan bersama meningkatkan kapasitas hutan. ”<em style="box-sizing: border-box;">Lah</em>, <em style="box-sizing: border-box;">kok</em> bisa, ternyata setelah bersatu hasil hutannya bisa memakmurkan masyarakatnya,” ungkapnya.</p> <p style="box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans"; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-top: 0px; margin-bottom: 26px; overflow-wrap: break-word; font-weight: 600;"> Oleh karena itulah, Malang yang juga memiliki hutan sepatutnya juga meniru apa yang terjadi di Sumut. Bersama dan bergandengan tangan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi yang ada di Malang. Apalagi Malang sendiri memiliki tempat wisata yang bisa diandalkan. ”Mulai hari ini, jangan ada pemisah lagi dalam kerja sama hal apa pun,” pungkasnya.</p> <p style="box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans"; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-top: 0px; margin-bottom: 26px; overflow-wrap: break-word; font-weight: 600;"> Selain itu, warga juga mengadukan masalah ketidaksepahaman atau sinkronisasi dengan Perhutani dalam pengelolaan hutan dan wisata. Mengenai hal tersebut, Bambang menjelaskan kepada masyarakat bahwa sebenarnya Perhutani itu tujuannya baik. ”Hal itu terjadi karena tidak adanya sinkronisasi antarpihak. Makanya, warga mulai saat ini jangan ada lagi ketidaksinkronan itu,” ujarnya.</p> <p style="box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans"; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-top: 0px; margin-bottom: 26px; overflow-wrap: break-word; font-weight: 600;"> Di sisi lain, Bambang juga mengimbau kepada pihak Perhutani untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi (tupoksi). Sehingga ketika melakukan tugasnya di lapangan tidak terjadi hal tersebut. ”Oleh karena itulah, mulai saat ini jangan ada ketidaksepahaman lagi. Kita bangun bersama hutan di Malang ini,” pungkasnya.</p>
BAHAS NASIB HUTAN DI MASJID CHENG HO
24 Sep 2018