Kembali
Alex Waisimon, Pahlawan Keragaman Hayati dari Papua
15 Sep 2018
·Oleh : Dislhk
·325 kali dibaca
Alex Waisimon, kembali mendapatkan penghargaan. Kali ini, Gelar Pahlawan Keragaman Hayati ASEAN atau The ASEAN Biodiversity Heroes dari ASEAN Center for Biodiversity (ACB). Sebelum ini, Alex terima penghargaan Kalpataru 2017 dan Kick Andy Heroes 2017.Gelar Pahlawan Keragaman Hayati ini diberikan kepada sosok dari negara-negara ASEAN yang berjasa dalam upaya konservasi dan advokasi keragaman hayati di negara mereka masing-masing. Ada 10 orang mendapat gelar ini, salah satu Alex yang diserahkan pada acara Biodiversity Heroes Regional Forum di Manila, Filipina 4 September lalu.
Alex banyak beraksi dalam melindungi hutan, melestarikan cendrawasih dan satwa lain sekaligus berperan meningkatkan ekonomi masyarakat melalui ekowisata Bird Watching.
Alex membuat gerakan ini di kampung halamannya di Rhepang Muaif Unurum Guay, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Papua.
Selain Alex, The ASEAN Biodiversity Heroes 2017 yang lain, Eyad Samhan (Brunei Darussalam), Sophea Chinn (Kamboja), Nitsavanh Louangkhot Pravongviengkham (Laos), Prof. Zakri Abdul Hamid (Malaysia). Juga Dr. Maung Maung Kyi (Myanmar), Dr. Angel C. Alcala (Filipina), Prof. Leo Tan Wee Hin (Singapura), Dr. Nonn Panitvong (Thailand) dan Prof. Dr. Dang Huy Huynh (Vietnam).
Dalam acara ini, Alex berbagi cerita konservasi dengan siswa dari berbagai lembaga akademis di Filipina, profesional muda, media, dan peserta dari negara anggota ASEAN.
Pengalaman kerja di Red Cross Asia Pacific, International Labour Organization, koki di Restoran Italia di Hamburg, sampai pemandu wisata di Bali, jadi bekal saat memutuskan pulang ke Papua pada 2014.Mimpinya, menyediakan mata pencaharian bagi masyarakat melalui ekowisata.
“Kunci ekowisata memetik manfaat dari hutan tanpa merusak dan memastikan generasi mendatang akan menikmati kesempatan melihat hutan dan keragaman hayati.”
Upaya dia, katanya, awalnya ada penolakan dari masyarakat. Alex tetap gigih. Hutan rusak karena penebangan, dia rawat. Hasilnya, burung-burung dan satwa lain kembali memenuhi hutan.
Pada Agustus 2016, ada sembilan kepala suku menyerahkan hutan seluas 19.000 hektar sebagai daerah ekowisata berkelanjutan. Luasan itu bertambah jadi 98.000 hektar.
“Sembilan kepala suku yang disatukan. Saya dekati mereka dengan filosofi; tidak boleh kasih habis, ambil lain tinggalkan yang lain, untuk anak cucu.”
Daerah Rhepang Muaif, tempat Alex tinggal merupakan kawasan hutan rumah 84 spesies burung dari 31 famili. Kawasan itu bahkan masuk daerah penting burung karena menyediakan perlindungan bagi lima spesies yang terancam punah termasuk Casuarius unappendiculatus, Harpyopsis novaeguineae, Goura victoria, Psittaculirostris salvadorii, dan Epimachus bruijnii.
Tempat ini, katanya, juga populer sebagai rumah burung cenderawasih. Enam spesies burung cendrawasih dari keluarga Paradisaeidae dapat ditemukan di daerah ini.
15 Sep 2018
·Dislhk
·325 kali dibaca
BERITA lainnya