Belasan Mahasiswa Luar Negeri Belajar Membuat Lubang Biopori
02 Jun 2018
·
Oleh : Dislhk
·
638 kali dibaca
Surabaya - Apa jadinya jika 18 mahasiswa luar negeri diajak membuat lubang biopori. Pastinya mereka bingung dan harus bercucuran keringat untuk melubangi tanah.
Itulah yang dilakukan 18 mahasiswa yang sedang mengikuti AIESEC di Surabaya selama 6 minggu. AIESEC merupakan organisasi mahasiswa watau pelajar. 18 Mahasiswa itu berasal dari Eropa dan Asia, di antaranya Malaysia, Cina Vietnam, Belanda, Portugak dan Belanda.
Mereka membuat lubang di pulau jalan, di Jaksa Agung Suprapto. Saat membuat lubang biopori, para peserta AIESEC dibantu puluhan siswa SD dan SMP. "Came on, is to hard," kata mahasiswa Znar Agha (27) asal Belanda kepada 5 siswa SD yang membantunya buat lubang biopori.
Mahasiswa yang mengambil jurusan hukum internasional lingkungan ini mengaku sangat terkejut dengan cara penyelamatan lingkungan di Indonesia. "Saya tidak tahu pasti di negara saya. Karena di sana para enginering yang paham dengan peralatan. Tapi ini merupakan pengalaman tersendiri bagi saya karena orang Indonesia juga peduli dengan lingkungan," imbuh Agha.
Mahasiswa luar negeri belajar di Surabaya/ Foto: Zaenal Effendi
Senada dengan Agha, Khayrin Shafiqa mahasiswa Univercity Technology MARA (UiTM) Malaysia mengaku sangat beruntung bisa mengetahui beragam teknik bercocok tanam sekaligus menyelamatkan lingkungan.
Bahkan Khayrin akan menerapkan salah satu pelajaran lingkungan yang didapatkan selama di Surabaya yakni biopori, hydropinic dan tatakura. "Saya kira yang cocok diterapkan di Malaysia adalah tatakura. Karena tiga teknik lingkungan ini belum ada di Malaysia," ujar Khayrin. Sementara Tunas Hijau Zamroni mengaku sangat senang dengan terlibatnya 18 mahasiswa luar negeri yang ikut pembuatan lubang biopori. "Kami target bisa buat 67 biopori sehingga bisa menampung 2 ribu kubik sampah organik serta bisa menjadi pelajaran bagi para mahasiswa luar negeri," kata Zamroni
<p>
<b style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;">Surabaya</b><span style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;"> - Apa jadinya jika 18 mahasiswa luar negeri diajak membuat lubang biopori. Pastinya mereka bingung dan harus bercucuran keringat untuk melubangi tanah.</span><br style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;" />
<br style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;" />
<span style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;">Itulah yang dilakukan 18 mahasiswa yang sedang mengikuti AIESEC di Surabaya selama 6 minggu. AIESEC merupakan organisasi mahasiswa watau pelajar. 18 Mahasiswa itu berasal dari Eropa dan Asia, di antaranya Malaysia, Cina Vietnam, Belanda, Portugak dan Belanda.</span></p>
<p>
<span style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;">Mereka membuat lubang di pulau jalan, di Jaksa Agung Suprapto. Saat membuat lubang biopori, para peserta AIESEC dibantu puluhan siswa SD dan SMP. "Came on, is to hard," kata mahasiswa Znar Agha (27) asal Belanda kepada 5 siswa SD yang membantunya buat lubang biopori.</span></p>
<p>
<span style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;">Mahasiswa yang mengambil jurusan hukum internasional lingkungan ini mengaku sangat terkejut dengan cara penyelamatan lingkungan di Indonesia. "Saya tidak tahu pasti di negara saya. Karena di sana para enginering yang paham dengan peralatan. Tapi ini merupakan pengalaman tersendiri bagi saya karena orang Indonesia juga peduli dengan lingkungan," imbuh Agha.</span><br style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;" />
</p>
<table align="center" class="pic_artikel_sisip_table" style="width: 680px; text-align: center; margin-bottom: 10px; color: rgb(146, 146, 146); line-height: 14.4px; table-layout: fixed; font-family: Helvetica, Arial;">
<tbody>
<tr>
<td>
<div align="center" class="pic_artikel_sisip" style="margin-bottom: 25px; line-height: 14.4px; width: 674px;">
<div class="pic" style="position: relative; display: inline-block; width: 540px; max-width: 100%; background: rgb(249, 249, 249); padding-bottom: 10px;">
<img alt="Mahasiswa luar negeri belajar di Surabaya/" src="https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2017/07/26/6cd646c1-63ed-44bf-8cfc-3e1ed972f1c9_169.jpg?w=620" style="vertical-align: middle; max-width: 100%; height: auto !important; overflow: hidden; margin-bottom: 5px; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" />Mahasiswa luar negeri belajar di Surabaya/ Foto: Zaenal Effendi</div>
</div>
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<p>
<span style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;">Senada dengan Agha, Khayrin Shafiqa mahasiswa Univercity Technology MARA (UiTM) Malaysia mengaku sangat beruntung bisa mengetahui beragam teknik bercocok tanam sekaligus menyelamatkan lingkungan.</span><br style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;" />
<br style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;" />
<span style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;">Bahkan Khayrin akan menerapkan salah satu pelajaran lingkungan yang didapatkan selama di Surabaya yakni biopori, hydropinic dan tatakura. "Saya kira yang cocok diterapkan di Malaysia adalah tatakura. Karena tiga teknik lingkungan ini belum ada di Malaysia," ujar Khayrin.</span><br style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;" />
<img alt="Para siswa bantu membuat lubang biopori/" src="https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2017/07/26/4990a278-ad86-4c58-a3f9-2ceb59d76fa1_43.jpg?w=480" /><br style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;" />
<span style="color: rgb(45, 45, 45); font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;">Sementara Tunas Hijau Zamroni mengaku sangat senang dengan terlibatnya 18 mahasiswa luar negeri yang ikut pembuatan lubang biopori. "Kami target bisa buat 67 biopori sehingga bisa menampung 2 ribu kubik sampah organik serta bisa menjadi pelajaran bagi para mahasiswa luar negeri," kata Zamroni</span></p>
<p>
sumber : detik.com</p>
Belasan Mahasiswa Luar Negeri Belajar Membuat Lubang Biopori