<p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Ahli geologi asal Belanda R.W. van Bemmelen (1949) dalam buku <em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Geologi Cekungan Bandung</em> menyebut, pada masa lampau, dataran Bandung merupakan sisa danau yang terbentuk akibat pembendungan Sungai Citarum purba oleh material letusan Gunung Tangkuban Perahu.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Sisa-sisa itu masih ada. Setidaknya terlihat hingga 1970-an. Ketika Bandung kota dan sekitarnya masih memiliki <em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">ranca</em> (rawa-rawa) dan sawah yang membentang luas. Kawasan lahan basah yang senantiasa digenangi air, yang tidak hanya penting bagi pertanian, tetapi juga tempat hidupnya ikan dan areal burung mencari pakan.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Blekok sawah (<em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Ardeola speciose</em>), kuntul kerbau (<em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Bubulcus ibis</em>), dan koak-malam kelabu (<em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Nycticorax nycticorax</em>) adalah burung yang setia singgah di lahan basah.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Jejen, petani asal Rancabayawak, Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, saat ditemui beberpa waktu lalu, menyatakan pernah merasakan kondisi asrinya lingkungan waktu itu. Pria 64 tahun tersebut, kerap memejamkan mata ketika diminta mengingat jenis burung yang pernah singgah di sawahnya.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> “Sudah lupa<em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">.</em> Saya senang sekali kalau mengenang waktu itu,<span style="font-size: 1.06em;">Keberadaan burung memang penting untuk ekosistem sawah. Mereka memakan serangga dan ulat yang rentan merusak tanaman padi. Yang lebih penting, burung menjadi tolok ukur lingkungan yang baik, terutama kualitas air.</span></p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Guru Besar Etnobiologi Universitas Padjadjaran, Johan Iskandar, yang telah mengamati burung liar pada 1980 hingga 2005 mencatat, ada 232 jenis burung dari 45 famili di wilayah Bandung dan sekitar.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Akan tetapi, kurang dari satu dekade terakhir, seperempat dari total jenis burung tersebut tidak terpantau lagi. Kondisi akibat desakan pembangunan. “(Sudah) banyak burung yang keberadaannya tidak terlacak,” katanya.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Fotografer <em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">birdwatcher, </em>Ade Mamad, mengungkapkan hal senada. Kondisi demikian terjadi akibat perubahan lingkungan, terutama alih fungsi lahan dan perburuan.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> “Padahal burung merupakan indikator alami baik buruknya lingkungan. Di pinggiran Bandung, dulu masih ditemukan gelatik (<em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Pada oryzivora</em>), bondol haji (<em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Lonchura maja</em>), dan pecuk-padi hitam (<em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Phalacrocorax sulcirostris</em>),” jelasnya.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Kini, Bandung mulai sepi celoteh burung. “Jenis burung sawah seperti bangau tongtong (<em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Leptoptilos javanicus</em>), yang habitatnya di kawasan sawah Cekungan Bandung sudah menghilang.”</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Di Bandung Utara, dari catatan Johan pernah ditemukan jenis-jenis burung seperti kepudang kuduk-hitam (<em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Oriolus chinensis</em>), gagak hutan (<em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Corvus enca</em>), gaok/gagak kampung (<em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Corvus macrorhynchos</em>) dan perenjak jawa/pacikrak (<em style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility;">Prinia famliaris</em>). Kini, pertumbuhan kota terus merangsek ke utara, menyebabkan area resapan air berkurang.</p> <p style="box-sizing: border-box; -webkit-font-smoothing: antialiased; text-rendering: optimizelegibility; margin: 0px 5em 1rem 0px; font-family: "Tenor Sans", "Open Sans", "Helvetica Neue", "Gill Sans", sans-serif; font-size: 1.06em; overflow-wrap: break-word; color: rgb(33, 37, 41);"> Di Bandung Timur, kondisi tidak jauh berbeda. Kawasan terendah dari Cekungan Bandung ini sedang dikembangkan sebagai pusat kota baru. Diperkirakan alih fungsi kawasan akan terus melebar sejalan dengan rencana proyek jalan tol baru.</p>
Burung-burung yang Mulai Tergusur dari Bandung
29 Oct 2018