<p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> INDONESIA yang dahulu dikenal sebagai negara gemah ripah loh jinawi, ijo royo-royo, sebentar lagi akan menjadi wilayah gersang, kering kerontang, tandus, dan tidak produktif bila tidak ada usaha nyata memperbaiki pengelolaan sumber daya air menurut ruang (spasial) dan waktu (temporal). Mengapa demikian?</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Argumentasinya amat jelas karena saat ini pemerintah, apalagi masyarakat terlihat tidak berdaya, masa bodoh, bahkan tidak merasa berkepentingan untuk mencegah apalagi memperbaiki pengelolaan sumber daya air dan sumber mata air yang semakin memburuk. Indikatornya amat kuat, yaitu jumlah sumber mata air dan kemampuan pasokan airnya terus merosot tajam, sementara kebutuhan air antarsektor terus meningkat kuantitas, kualitas, maupun kontinuitasnya.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> <span style="color: rgb(128, 128, 0);"><strong>Meruntuhkan pilar kekuasaan</strong></span></p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Terjadinya kekeringan dan penurunan jumlah mata air serta kemampuan pasokan air ini amat penting karena sejarah mencatat, dampak kekeringan yang berkepanjangan pada tahun 1965 dan tahun 1997 telah memicu runtuhnya pilar kekuasaan pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh siapa pun. Fondasi yang dibangun kuat, kokoh, dan menggurita seolah tidak berdaya dan runtuh akibat kekeringan yang dampaknya luar biasa besar.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Anehnya, meski secara faktual dampak kekeringan lebih menakutkan dibanding banjir dalam hal besaran: luas wilayah, durasi kejadian, biaya, dan waktu pemulihannya, namun pemerintah dan masyarakat seolah lebih takut menghadapi banjir daripada kekeringan. Akibatnya proporsi penanggulangan dan tanggung jawab dalam penyelesaian masalah banjir lebih dominan dibanding kekeringan.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Lebih parah lagi, pemerintah yang seharusnya bertugas menegakkan peraturan perundangan di lapangan dalam rangka penanggulangan kekeringan dan banjir, justru mengambil alih peran yang semestinya dilakukan masyarakat. Dampak perusakan sumber daya lahan dan air terus berlangsung tanpa kontrol di satu pihak, sementara masyarakat semakin apatis, masa bodoh, dan selalu mengharap bantuan pemerintah karena menganggap tugas penanggulangan kekeringan menjadi tanggung jawab pemerintah.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Menyedihkan lagi upaya pemerintah seperti normalisasi sungai seringkali justru memicu terjadinya kekeringan karena mengurangi waktu air meresap ke dalam tanah sehingga cadangan air musim kemarau merosot tajam. Terlalu banyak argumen yang dikemukan untuk menjustifikasi terjadinya kekeringan mulai dari yang klasik seperti rusaknya daerah aliran sungai sampai akibat perubahan iklim global (global climate change).</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Padahal kalau mau jujur, terjadinya kekeringan yang terus berulang merupakan representasi bahwa: pendekatan, strategi, dan teknologi yang diaplikasikan selama ini tidak menyelesaikan esensi persoalan kekeringan secara utuh. Buktinya luas areal, intensitas, dan durasi kekeringan meningkat secara spasial maupun temporal. Artinya, faktor dominan yang menjadi pengendali kekeringan dalam sistem tata air kita terus memburuk dan teknologi yang diimplementasikan berada di luar orbit persoalan yang sebenarnya.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Lalu apa penyebab terjadinya kekeringan yang amat mencemaskan dan membuat panik banyak orang saat ini? Jawabannya amat sederhana, defisit neraca air klimatologis dan hidrologis akut yang terus meningkat menurut ruang dan waktu.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> <span style="color: rgb(128, 128, 0);"><strong>Defisit neraca air spasial-temporal</strong></span></p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Sulit membayangkan bagaimana bisa terjadi dan apa yang akan terjadi dengan Indonesia yang secara kuantitas memiliki curah hujan rata-rata 2.700 mm/tahun mengalami defisit neraca air klimatologis dan hidrologis yang terus meningkat kuantitas, durasi, dan frekuensinya.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Padahal kita tahu, air merupakan kebutuhan paling esensial yang tidak dapat digantikan dengan benda apa pun. Bahkan, tidak ada benda yang dapat digunakan untuk mensubstitusi air yang kebutuhannya terus meningkat.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Meski ketersediaan air menjadi amat strategis dan krusial saat ini, namun penggunaan air pada saat surplus cenderung boros. Apalagi di wilayah-wilayah yang curah hujannya tinggi, air seolah- olah merupakan barang bebas yang tidak ada harganya. Indikasinya, tidak ada upaya nyata untuk memanen dan menyimpan air saat kelebihan, sementara saat defisit antisipasi kekeringan lebih banyak mengandalkan kenekatan yang tidak cermat.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Optimasi pasokan penting dilakukan dengan mengembangkan rainfall and runoff harvesting secara spasial dan temporal, karena dengan meningkatnya volume air yang masuk ke dalam tanah maka dalam jangka panjang selain dapat meningkatkan cadangan air tanah juga dapat meningkatkan pendapatan petani karena air yang ditampung di musim kemarau dapat digunakan untuk budi daya komoditas unggulan bernilai ekonomi tinggi.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Sayangnya dalam kondisi air yang demikian scars ini, pemerintah kurang berpihak kepada masyarakat banyak, melainkan lebih berpihak kepada pemodal kuat dalam pendayagunaan sumber daya air seperti tercermin dalam undang-undang sumber daya air. Teknologi yang direkomendasikan itu-itu saja yang terbukti tidak jitu dalam menanggulangi masalah kekeringan. Akibatnya posisi masyarakat lemah semakin terpojok dan termarginalkan dalam akses, kontrol, dalam pendayagunaan sumber daya air. Kalau demikian kondisinya masalah kekeringan akan semakin pelik dan kompleks penyelesaiannya. Premanisme air di beberapa wilayah yang terjadi belakangan ini merupakan pelajaran yang harus diambil hikmahnya.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Kalau sebelumnya kekeringan merupakan hal biasa, maka kini sudah menjadi luar biasa karena selain sektor pertanian sebagai langganannya, kekeringan berdampak pada sektor energi, perekonomian, bahkan bukan tidak mungkin menyeret persoalan sosial politik yang biayanya akan amat mahal. Sayang, kita belum dengan jernih berpikir sektor-sektor mana yang harus bertanggung jawab bila terjadi kekeringan. Semuanya bicara hal yang normatif, umum yang tidak implemented di lapangan.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Defisit air yang terjadi sebelumnya masih bisa diatasi dengan menambah air dari mata air. Namun, untuk defisit kali ini, mata air pun kering dan justru yang muncul air mata petani yang tidak berdaya menghadapi deraan kekeringan. Pertanyaannya, dalam kondisi masyarakat yang apatis, apriori, dan masa bodoh, apa yang harus dilakukan untuk menekan dampak kekeringan secara signifikan. Pemetaan dan optimalisasi sumber mata air adalah jawaban praktisnya.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> <span style="color: rgb(128, 128, 0);"><strong>Pemetaan dan optimasi mata air</strong></span></p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Pemetaan jumlah, posisi/lokasi, potensi, dan kondisi sumber mata air aktual merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Mengapa demikian, karena berdasarkan pengalaman, peningkatan ketersediaan air secara spasial dan temporal memungkinkan masyarakat melakukan improvisasi apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya?</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Berdasar informasi itu, maka dapat dirancang skenario pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sumber mata air. Pengembangan sumber mata air dilakukan bila di wilayah itu belum ditemukan sumber mata air, namun secara potensial wilayah itu mempunyai peluang terjadinya mata air.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Peningkatan kuantitas dan durasi aliran dasar (base flow) dengan memasukkan air hujan dan aliran permukaan sebanyak mungkin menurut ruang dan waktu yang diikuti penanaman tanaman tahunan permanen, merupakan tahap awal yang perlu diimplementasikan.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Dalam jangka panjang kebutuhan air insitu diharapkan dapat dipenuhi sendiri (self sufficient) dengan memanfaatkan sumber daya air setempat. Sementara itu peningkatan sumber mata air difokuskan pada wilayah yang sudah memiliki sumber mata air, namun kuantitas, kualitas, dan kontinuitas pasokannya menurun.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> Untuk itu upaya peningkatan jenis, kualitas vegetasi, dan perlindungan sumber daya alam yang mendukungnya harus diintensifkan. Pemantapan sumber mata air dapat dilakukan dengan mempertahankan model pengelolaan yang sudah ada. Pekerjaan karakterisasi sumber mata air ini amat penting karena berdasarkan prediksi, diprakirakan kekeringan cenderung meluas wilayah, intensitas, dan durasinya. Akibatnya, kecenderungan terjadinya padang pasir desertification harus mendapat perhatian khusus agar besaran (magnitude): luas dan intensitas dapat dideteksi lebih dini dan diminimalkan dampaknya.</p> <p style="font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-stretch: normal; font-size: 12.16px; line-height: 1.3em; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; color: rgb(51, 51, 51);"> sumber: <strong style="font-size: 12.16px; text-align: justify;"><span style="color: rgb(128, 128, 0);"> Kompas, 21 Agusrtus 2003</span></strong></p>
Kekeringan Lebih Berbahaya daripada Banjir
28 Jun 2018