<p style="text-align: justify;"> Indonesia hanya mengenal dua musim, musim hujan dan musim kemarau. Di musim hujan terjadi masalah banjir dan tanah longsor, di musim kemarau terjadi masalah kekeringan, kebakaran hutan dan lahan. Lalu …… di musim apa Indonesia tidak punya masalah…?? mungkin hanya musim buah, yang umumnya setiap orang senang. </p> <p style="text-align: justify;"> Berbicara musim hujan, pastilah tidak akan lepas dari banjir dan tanah longsor, yang makin pasti setiap tahun datangnya. Masih jelas dalam ingatan kita di awal Januari 2002, 66% wilayah DKI Jakarta yang meliputi 174 kelurahan terendam air. Dua banjir besar juga terjadi di Sumatera Utara, yaitu pada tanggal 29 Desember 2001 dan 14 Januari 2002, yang menimpa 13.018 keluarga di Medan, sedangkan di Deli Serdang menimpa 1.160 keluarga; Kejadian banjir di pemandian air panas, Desa Padusan, Kecamatan Pacet, Mojokerto pada tanggal 11 Desember 2002, telah menimbulkan korban jiwa sebanyak 26 orang meninggal, kejadian serupa terulang kembali di 8 kecamatan Kabupaten Mojokerto dan 2 kecamatan di Kota Mojokerto pada tanggal 4 Pebruari 2004. </p> <p style="text-align: justify;"> Tersentak hati kita mendengar 107 orang meninggal dan 169 jiwa hilang pada tanggal 31 Juli 2001 akibat banjir dan tanah longsor yang terjadi di 6 kecamatan Kabupaten Nias, kejadian serupa juga terjadi di desa Gunung Kemala, Kecamatan Pasir Tengah, Kabupaten Lampung Barat tanggal 27 Desember 2002, dan banjir di Kawasan Wisata Bukit Lawang, Bohorok, Langkat, Sumatera Utara pada tanggal 3 Nopember 2003 telah merenggut nyawa 87 orang. </p> <p style="text-align: justify;"> Di awal tahun 2006 banjir dan tanah longsor terjadi di Kecamatan Panti, Kec. Sumber, Kaliwates, Arjasa dan Tanggul Kabupaten Jember, tepatnya pada tanggal 1 Januari 2006 telah merenggut 79-120 orang meninggal dunia. Disusul di pagi hari tanggal 4 Januari 2006 tanah longsor terjadi di Desa Sijeruk, Kabupaten Banjarnegara dengan korban tewas mencapai 75 orang. Demikian juga banjir yang terjadi antara tanggal 13-19 Pebruari 2006, di Manado dan Minahasa telah merenggut nyawa 12 orang, sedangkan banjir di Kab-kota Sinjai, Kab. Bantaeng, Bulukumba pada tanggal 20 Juni 2006 telah merenggut 55 orang meninggal dan menyebabkan wilayah timur Sulawesi Selatan terisolasi karena putusnya 3 ruas jalan dari Makassar. </p> <p style="text-align: justify;"> Catatan panjang kejadian bencana banjir dan tanah longsor dengan korban jiwa manusia dan harta benda, telah menimbulkan luka sangat dalam dan trauma yang berkepanjangan terutama kepada keluarga yang langsung mengalami kejadian banjir dan tanah longsor yang tersebar merata di republik ini, hal itu menunjukkan bahwa potensi rawan banjir dan tanah longsor berada hampir diseluruh wilayah, hanya tinggal menunggu waktu, hanya menunggu giliran, apabila terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi, maka hampir dipastikan akan terjadi banjir dan longsor.  </p> <p style="text-align: justify;"> Upaya pencegahan dan penanggulangan banjir dan longsor melalui pemulihan lahan kritis, sudah lama dilakukan melalui : Program Penghijauan dan Reboisasi, dilanjutkan dengan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL / Gerhan), Gerakan Sejuta Pohon, Program Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), Gerakan Indonesia Menanam, Gerakan Nasional Kemitraan Pelestarian Sumber Air dan lain-lain, seolah-olah tidak mampu menahan perecepatan degradasi hutan dan lahan yang bergerak dengan kecepatan kerusakan 2,83 juta ha/tahun di dalam kawasan hutan dan 0,68 juta ha/tahun di luar kawasan hutan, belum termasuk kerusakan lahan pertanian yang mengalami erosi berat.  </p> <p style="text-align: justify;"> Banjir dan tanah longsor yang hampir dipastikan terjadi setiap tahun, tidak dapat disandarkan pada : (1) Fenomena alam belaka, melainkan pada lemahnya kapasitas lembaga pengelola sumberdaya alam. (2). Tidak pernah ada penyebab tunggal yang dominan, melainkan segenap faktor, dan itupun tidak berpengaruh seketika, melainkan dalam jangka panjang. Maka sering dikatakan ada wilayah-wilayah yang “punya bakat</p> <p style="text-align: justify;"> sumber : kementrian lingkungan hidup</p>
BANJIR DAN BANJIR
05 Jun 2018